Benua ini tidak lebih kecil dari benua lainnya, Eropa. Siapa yang tidak kenal? Pantai mewah, tebing kapur, empat musim yang indah dan tata kota artistik adalah daya tariknya. Kelebihan itulah yang menjadi salah satu alasan pasangan romantis asal Surabaya, Alvin Stefan Susanto dan Stephanie Puspita Wulandari melaksanakan preweddingdi Eropa.
Bukan satu negera. Prewedding pasangan yang sudah menjalin hubungan sejak SMA ini dilakukan tiga negara: Belanda, Perancis dan Swiss. Cukup singkat, hanya tiga hari. Untuk mengambil momen tak terlupakan itu, Alvin dan Stephanie memilih Henokh Wiranagara.
Fotografer yang telah menggeluti bidang fotografi selama 9 tahun itu berangkat dengan pasangan tersebut dan ditemani seorang make up artist, Melly Moxie. “Pemotretan kali ini menyenangkan. Sebab Alvin dan Stephanie ingin prewedding tapi sekalian jalan-jalan ke Eropa,” ujar Henokh.
Sebenarnya sudah lumrah bagi pasangan prewedding memilih Perancis sebagai lokasi pemotretan. Tetapi negara dengan ibu kota Paris itu menawarkan pesona dan sudut baru setiap kali memandangnya. Itu juga alasan lain Alvin dan Stephanie tetap menetapkan negara asal makanan Escargot ini sebagai lokasi prewedding mereka.
Sudah pasti, tempat yang wajib dikunjungi bagi pasangan yang sedang merajut kasih itu adalah Menara Eiffel. Stephanie dengan anggunnya menggunakan gaun abu-abu untuk momen ini. Sedangkan Alvin tampak gagah dalam setelan jas berwarna hitam. Mereka berpose romantis dengan latar menara setinggi 325 meter.
Setelah berhasil mendapat sudut bagus, Alvin-Stephanie berpindah menuju Musee de Louvre. Bermandikan cahaya lampu jalan yang indah, pasangan yang akan menikah di tahun 2020 ini tampil menawan dengan longdress merah dan setelan jas hitam.
Lalu menuju ke Swiss. Tepatnya ke Jungfrau, salah satu puncak dari pegunungan Alpen Bernese. Ia berada di antara kanton Valais dan Bern di wilayah Swiss. Awalnya, rombongan tak tahu di mana letaknya.
Eh kebetulan, saat naik kereta di Swiss bertemu seorang wanita yang berasal dari Jungfrau. “Ibu yang semula berdiri itu, saya minta duduk di sebelah saya. Saya ajak ia mengobrol tentang Jungfrau. Ternyata ia tahu karena berasal dari sana. Maka, terselamatkanlah kita tak jadi tersesat,” kata Henokh.
Beruntung, saat di Swiss rupanya sedang turun salju. Momen itu dimanfaatkan oleh Alvin dan Stephanie untuk mengabadikan momen. Meski terlihat sangat dingin di balik pergunungan, kehangatan tetap terlihat dari kedua wajah pasangan ini.
Merajut kasih di tiga negara itu berakhir di Belanda. Tepatnya di Amsterdam. Di kincir angin itu, tanpa rasa takut jatuh ke sungai, Stephanie dengan bahagia memegang erat tangan calon suaminya itu. Momen itu memiliki makna yang dalam. Intrik pasangan suami istri dibaratkan sebagai sungai. Sedangkan kekuatan cinta digambarkan oleh Alvin yang sedang menggenggam tangan Stephanie.
Selama pemotretan dengan konsep kasual dan elegan itu bernuansa santai dan menyenangkan. Bagi Henokh, menyesuaikan permintaan kilen adalah penting. Untungnya, karakter pemotretan Henokh yang cheerful sering diterima.
Sejak mengawali karir sebagai fotografer pada 2011, Henokh kian mendapatkan pengalaman seru dari proses yang dijalaninya. Bepergian ke beberapa negara termasuk keuntungannya.
Semula ia tak menduga bila memotret kawan dekat dan tetangganya secara gratis itu kian menjanjikan sebagai profesi. “Dulu awal-awal memotret sengaja saya gratiskan untuk branding dulu. Tetapi sekarang saya sudah punya tarif khusus untuk menggunakan jasa saya,” ujar salah satu fotografer All Season Photo itu.