Kencan Musim Dingin ala Winter Sonata

Malam itu, Henokh Wiranegara menggigil berat. Ia kedinginan. Maklum, pada November 2016, Korea Selatan bersuhu
rendah. Jadi sedang dingin-dinginnya. Biar bisa tidur, Henokh mematikan AC di kamar hotelnya. Aneh. Setelah dimatikan,
bukan hangat yang didapat. Justru rasa dingin lebih menyengat.

Untuk mengusir dingin, Henokh harus menggunakan tiga jaket, dua celana dan dua pasang kaos kaki. Semua dipakai berlapis untuk menghangatkan tubuh. Namun semalaman ia tetap tidak bisa tidur. Henokh pun heran mengapa dingin makin menggila sampai pagi. “Perasaan AC sudah saya matikan,” katanya.

Sebenarnya, fotografer asal Malang itu ingin menyampaikan kegelisahannya malam itu juga pada Aron Sampoerno dan Salvina Sutandita. Dua nama ini adalah klien yang didampingi Henokh untuk prewedding. Sepasang kekasih itu menginap persis di sebelah kamarnya. “Tapi saya tidak enak hati untuk mengetuk pintu pasangan asal Semarang itu buat minta tolong soal AC,” katanya.

Keesokan paginya, sebelum berangkat ke lokasi prewedding, Henokh menceritakan penyebab ia tidak bisa tidur semalaman. Tentang AC yang dimatikannya itu. “Eh, Aron dan Salvina malah tertawa. Ya pantas karena baru saya tahu dari mereka kalau yang saya matikan sebenarnya bukan AC tetapi pemanas ruangan. Tentu ssaja saya kedinginan,” kata fotografer berusia 34 tahun itu, tertawa.

Untungnya, pagi itu Henokh tidak masuk angin, flu atau sakit lainnya. Dia tetap semangat menyusun lensa dan kameranya ke dalam tas. Siap memotret Aron dan Salvina. Mereka lalu menyusuri distrik Dongdaemun, Olympic Park, dan Nami Island. Ketiga tempat ini tercatat pernah menjadi lokasi syuting drama Korea (drakor) Winter Sonata dan Bukchon Hanok Village.

Terakhir mereka ke Petite France Korea yang pernah menjadi lokasi syuting drakor My Love From the Star. Semua tempat itu ditentukan sendiri oleh Aron dan Salvina. Bagi mereka tempat-tempat itu unik. Kesan sentuhan tradisional ala Korea Selatan masih tampak benar. Lokasinya pun berdekatan. Hanya hitungan menit menggunakan transportasi umum.

Prewedding selama tiga hari itu menghabiskan 12 busana. Mulai gaun, busana kasual dan resmi dibawa dari Indonesia. Malah hanbok yang sebenarnya pakaian tradisional asli Korea Selatan, diusung dari tanah air. “Pilihan busana yang disiapkan sendiri oleh Salvina membuatnya terlihat cantik dan sempurna. Semua busana itu pas dengan lokasi pengambilan gambar,” kata Henokh.

Bagi Salvina, ada yang paling berkesan. Saat itu mereka berniat berpose di sebuah jalan raya di distrik Dongdaemun. Tak terhitung berapa kali mereka harus mengulang. Sebab, demi momen bagus, perlu menunggu lampu merah menyala. “Begitu kendaraan yang lalu lalang stop, kami berpose di tengah zebra cross,” katanya.

Perjuangan itu masih ditambah dengan kondisi iklim yang tidak menentu hari itu. Saat harus berfoto berkali-kali di jalan raya yang sedang ramai itu, eh tak lama turun hujan. Pemotretan pun harus ditunda hingga hujan reda. “Saya yang kadung memakai gaun harus ekstra sabar. Untungnya fotografernya jauh lebih sabar,” ungkap Salvina, memuji Henokh.

Salvina yang hobi menonton film itu sudah lama membidik Korea Selatan. Apalagi ia sekalian berlibur bersama teman-teman. Saat prewedding, ia memburu berfoto dengan latar panorama alam yang disajikan Negeri Ginseng. Hiruk pikuk Kota Seoul termasuk target. Warisan sejarah dan budaya negara menarik hatinya pula. “Saat bersama Aron, anggap saja seperti kencan musim dingin,” katanya.

Di mata Henokh, Aron dan Salvina tergolong klien yang beres. Pasangan itu sederhana. Tidak ribet. Hubungan keduanya pun tidak terlihat romantis yang dibuat-buat. Apa adanya. Selama berdua tampak saling berbagi dan mengisi. Selama di Korea Selatan, kerjasama keduanya dengan Henokh juga terjalin baik. “Mereka berdua kompak. Enak mengajak mereka ngapain aja,” ucap Henokh.

Pendapat ini senada dengan Aron dan Salvina. Mereka merasa akrab seperti keluarga. Apalagi Henokh dikenal mudah bergaul dan ramah pada semua orang. Salvina menyarankan, bila melakukan prewedding selain memastikan tone dan taste sesuai, cari fotografer yang tepat. “Mood dan arahan yang diberikan fotografer sangat berpengaruh terhadap hasil jepretan lho,” tutur Salvina.

Memang benar. Hasil foto-foto prewedding yang dijepret Henokh dipuji Aron dan Salvina. Sudah sesuai bayangan. Hingga sekarang, keduanya tetap berkomunikasi baik dengan Henokh. “Tapi herannya, kenapa Ko Henokh waktu itu harus malu-malu menanyakan perihal AC dan pemanas itu pada kami. Untung ia nggak sakit. Bila ingat itu, kami masih menertawainya hingga kini,” kata Salvina, terbahak.