Samuel Christian Kambey tidak henti-hentinya mengabadikan gunung dengan ketinggian 2329 meter itu. Cukup dengan ponsel atau kamera yang dibawanya. Padahal yang seharusnya dipotret adalah momen kebersamaan dia bersama sang kekasih, Merisa.
Tapi, Samuel justru lebih tertarik memotret panorama alam Bromo daripada dipotret untuk prewedding. Pria yang bekerja sebagai VFX Artist dalam film-film Hollywood seperti Star Wars, Bumblebee dan Kong Island itu ternyata takluk dengan keindahan gunung Bromo.
“Saya benar-benar takjub. maklum, baru pertama kali ke Bromo. Indah banget ya, memori penyimpanan kamera saya sampai penuh.” tutur pria asal Singapura itu.
Samuel dan merisa memilih Bromo karena lokasinya dekat dengan basis vendor foto mereka, all Seasons di Surabaya. Kebetulan, Samuel juga belum pernah merasakan dingin dan debu lautan pasir di kawasan ini.
“Saat tanya ke vendor lokasi foto yang keren, kami disarankan ke Bromo dan arosbaya di madura. Ya sudah kita manut,” ungkap pria yang hobi main basket itu.
Tak mulus. Setelah beberapa menit berkeliling di lautan pasir untuk mencari spot foto, ban mobil Jeep yang ditumpangi Samuel dan merisa terselip dalam kubangan lumpur tidak bisa keluar.
Hingga dua jam sopir Jeep tetap tidak berhasil mengeluarkan ban mobil yang terjebak. meskipun telah menelepon seorang teman untuk minta pertolongan, bantuan itu pun tak kunjung datang. Novita ang, make up artist yang turut, mulai mewek.
“Novita takut nggak bisa pulang. Padahal ya nggak mungkin kalau nggak bisa pulang. ada-ada saja dia,” ucap Henokh sambil diakhiri tawa.
Jelas saja Novita menangis. Ini juga kali pertamanya ia pergi ke Bromo. Juga kali pertamanya ban mobil yang ditumpanginya terjebak dalam lumpur. “lautan pasir itu kan gede ya, saya bayangin yang aneh-aneh. Habis panik sih waktu itu. Bagaimana kalau nggak ada yang mau menolong kita,” tutur Novita sembari nyengir.
Tragedi kecil di Bromo tak hanya itu. Beberapa busana yang dipakai untuk pemotretan, juga membuat masalah. Heming pada gaun Merisa yang cukup panjang itu selalu tak bisa diatur. Sebab tertiup angin dan terbang tak beraturan.
“Cara mengatasinya ya diganjal pakai batu. Sebab saya pikir gampang nanti batunya bisa diedit,” ujar Henokh, fotografer dari All Seasons.
Kendati banyak “insiden”, pasangan yang telah berpacaran sejak 2008 itu tetap menganggap prewedding mereka sangat memorable. Di antaranya ada hal lucu. Apalagi bila mengingat, selera makan Merisa yang lebih banyak daripada Samuel.
“Entah apa karena berada di daerah dingin, Merisa rakus betul kalau sudah waktunya makan. Itu salah satu yang terus kami ledekkan padanya sepulang dari Bromo,” ucap Samuel.